Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo

By | Juli 20, 2022
Legenda Suku Tengger Bromo
Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo

wisatabromo.com.- Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger. Gunung Bromo atau “Brahma” memiliki ketinggian 2.329 Mdpl, berada di Jawa Timur dan merupakan gunung yang terhampar di kawasan Komplek Pegunungan Tengger. Gunung ini juga di sebut Kaldera Tengger merupakan sebuah gunung berapi aktif yang memiliki garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat) dan berada di lautan pasir seluas 10km.

Menurut sejarah yang beredar, di katakan bahwa dahulu Gn. Bromo memiliki nama Gunung Tengger dengan ketinggian 4.000 Mdpl. Akibat sebuah letusan besar terbentuklah lembah besar dan menciptakan sebuah Kaldera. Di dalam kaldera tersebut terdapat lautan pasir akibat materi vulkanik yang tertumpuk di dalam. Selain itu muncul gunung gunung Baru seperti Gunung Kursi, Widodaren,Watangan, Batok dan terbaru hingga saat ini yaitu Gunung Bromo.

Legenda Gunung Bromo

konon pada jaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah, penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal. Hingga pada akhirnya mereka pergi dan terpisah menjadi 2 bagian. Pertama menuju ke gunung Bromo, dan yang kedua menuju ke pulau Bali. Ke dua tempat ini sampai sekarang mempunyai 2 kesamaan yaitu tetap sama-sama menganut kepercayaan beragama Hindu.

Pada area Taman Nasional, terdapat sebuah suku yang bernama suku Tengger. Nama Tengger tersebut berasal dari Legenda Roro Anteng juga Joko Seger yang mereka yakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “GER” akhiran nama dari Joko Se-”ger”. Sehingga Bromo sendiri masih mereka percaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.

Cerita Rakyat Suku Tengger Gunung Bromo

Sebuah kisah tentang Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo, beginilah asal – usul Cerita rakyat suku tengger Bromo dan Semeru.

Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra dengan fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir. Karenanya bayi tersebut mereka beri nama ”JOKO SEGER“.

Pada sekitar Gunung Pananjakan, kala waktu itu ada juga seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik juga elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika telah lahir, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu mereka beri nama Rara Anteng.

Dari hari ke hari Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Garis-garis kecantikan nampak jelas. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai pelosok negri. Banyak putera raja datang dan melamarnya. Namun pinangan itu ia tolak, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger.

Datangnya Sang Pelamar Sakti

Suatu hari Rara Anteng akan dipinang oleh seorang Bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti tersebut. Lalu ia berfikir untuk menggagalkan lamaran itu. Kemudian ia memiliki 1 permintaan kepada sang pelamar supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dia anggap bahwa pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Karena Lautan yang ia minta itu harus dibuat dalam waktu satu malam. Memulainya saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Namun bajak sakti tersebut menyanggupi permintaan Rara Anteng tersebut.

Kala matahari mulai terbenam, Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan tersebut. Anehnya, hanya dengan menggunakan alat sebuah tempurung (batok kelapa) pekerjaan itu hampir selesai ia kerjakan. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Kemudian berfikir bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dia buat tersebut. Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan batinnya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu.

Singkat cerita Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan, lalu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba. Akan tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.

Bajak sakti itu mendengar ayam-ayam berkokok. Tetapi benang putih sebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah pun dicampur emosi. Pada akhirnya Tempurung yang ia pakai sebagai alat mengeruk pasir itu, Dia lempar dan jatuh tertelungkup di samping Gn. Bromo. Kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang bernama Gunung Batok.

Dengan kegagalan Bajak itu membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari, Rara Anteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai.

Berdirinya Suku Tengger Bromo dan Pemimpin yang Budiman

Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Mereka membuat nama desa sesuai nama keduanya. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai. Namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan, Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga memiliki keturunan. Kemudian Joko Seger memutuskan naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul. Namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus mereka korbankan ke kawah Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya. Kemudian mereka dapatkan 25 orang putra-putri. Tak mereka sangka, naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata tentang Sejarah Bromo ini, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka. Kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan, karena terjilat api dan masuk ke kawah Bromo. Bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib:

”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Syah Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian persembahkanlah kepada Hyang Widi asa di kawah Bromo”.

Sampai saat ini kebiasaan tersebut mereka ikuti secara turun temurun oleh masyarakat suku Tengger. Lalu setiap tahun mereka juga adakan upacara inti yaitu upacara Kasada/Kasodo di pura Poten lautan pasir dan kawah Bromo.

Penutup

Demikian tentang Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Suku Tengger Bromo Semeru yang melegenda ini. Semoga cerita ini menjadi budaya yang tak terlupakan. Hingga sampai sekarang Gn. Bromo menjadi tempat begitu indah juga menjadi lokasi wisata terbaik di negeri ini.